2024 Not Bad, But Not Good

iccasn
2 min readMar 23, 2025

--

2024 adalah tahun dimana aku mulai memberanikan diri bekerja secara offline setelah dua tahun as freelance content development. It’s simple thing. I want to go to work every morning and come back ‘home’ at afternoon. But actually, it’s not simple. There is so much variable.

Pada awalnya aku pikir it's not a big deal. But my brain smarter than my think. Ya, banyak orang yang tidak sebaik pada dirinya sendiri. Tapi, aku coba untuk bertahan. Toh masih ada orang mengeluh bersamaku.

Tidak terasa waktu berjalan lima bulan. Aku mulai terbiasa untuk menerima bahwa mengeluh bersama adalah obat mujarab untuk menenangkan diri. Tapi, badai datang. Tempat bersandar yang kokoh telah hilang. Aku selalu berpikir itu salahku.

Tapi disisi lain aku merasa tenang, karena dia telah terlepas dari tempat yang tidak membuatnya lebih besar. Aku rasa Tuhan sangat sayang kepadanya. Ya, karena tidak semua yang terlihat baik, juga baik untuk semua orang.

What about me? I tried to hold on again. Meski hal itu juga berlaku untukku, tapi aku terlalu sibuk untuk merasakannya. Tapi Tuhan maha baik, dia mengirim lagi seseorang untuk menjadi tempat bersandar. Malah lebih banyak.

Life goes on. Manusia tidak ada yang berubah. Giliran aku yang menjadi dinding yang siap roboh. Aku selalu berpikir bahwa hak dan kebebasan wanita sangat cocok dengan hidupku. Dan aku tidak mendapatkannya.

Pemikiran wanita harus dijaga, dijaga bajunya, dijaga sikapnya, dijaga ucapannya, dijaga prilakunya, dijaga kesukaannya, dijaga wajahnya, dijaga imannya, dijaga kehebohannya, dijaga fitrahnya dan dijaga semuanya. Itu cukup menjengkelkan.

Kupikir menjadi pribadi yang baik itu dibuka hatinya, bukan dibatasi segalanya. Agamaku selalu membuatku lebih tenang, tidak pernah mengusik, tidak pernah berisik. Oh pantas, yang memilih beriman bukan karena orangnya tapi karena ajaran agamanya.

Obat mujarab sudah tidak manjur. Terlalu subjektif dan banyak bias. Aku sangat mencintai diriku yang perfeksionis. Tapi aku tidak menyukai micromanage. Kebutuhan dasar seperti komunikasi dan kepercayaan sudah hilang. Aku sudah merasa diambang batas.

Pepatah mengatakan ‘menyerah bukan berarti kalah, tapi membuat semuanya menjadi jelas’. Jelas bahwa ini adalah waktunya untuk memilih jalan baru. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun, I just don’t fit the culture.

Ya, waktunya aku yang terlepas. Aku pikir aku sangat worth it dengan tempat yang lebih menghargai ku. Berkat dukungan orang terdekat, aku menjadi lebih nekat. Tuhan selalu memberi jalan bagi setiap pilihan.

Tentu aku berusaha kesana kemari. Percaya pada diri bahwa semuanya akan jadi baik pada waktunya. Asal berusaha dan pikir dengan matang. Untung Tuhan maha baik. Aku berhasil!

Tidak akan aku ceritakan hari ini. Intinya, aku berterimakasih kepada diriku yang menjadi lebih berani. Terimakasih juga kepada orang terdekat. Terimakasih dengan tempat sebelumnya yang membuat aku banyak belajar. Terimakasih juga telah melepasku dan semoga makin banyak yang terlepas.

Karena manusia tidak ada yang berubah.

--

--

iccasn
iccasn

Written by iccasn

Halo, i'm ISTJ. Happy read, i hope my writting can help and u enjoy reading it. U can know me more: Instagram~ @iccasn. Thanks!

No responses yet