Setelah menonton varshownya Namjoon, hal yang aku sesali adalah membuang seluruh jurnal masa sekolah. Ya, setiap hari semasa sekolah aku selalu mencatat hari-hari yang telah dilalui di buku. Setiap ada rasa kesal ataupun rasa menyenangkan, selalu aku jelaskan dengan detail di buku itu.
Melalui tulisan itu aku rasa menjadi orang yang bijaksana untuk menerima hari kemarin dan terus berjuang untuk hari esok. Tidak jarang kertas ulangan yang bernilai sempurna atau kartu ucapan selamat ulang tahun pemberian teman aku tempel di buku itu. Tentunya ada rasa menyenangkan setiap kali membukanya kembali.
Sayangnya, aku membuangnya ke tukang loak. Ya, semua memori di dalam sana sebagian besar adalah hal yang bisa menyakiti aku pada hari ini. Hal yang bisa membuat aku benci pada diri sendiri. Ironis sekali. Tapi aku tetap menyesal telah membuangnya.
Harusnya, hari ini aku baca kembali buku itu dan bilang pada diri sendiri bahwa ‘ya begitulah aku, mau bagaimana lagi’. Tapi aku bisa mengerti aku pada hari itu. Jika kamu belum merasakan sakit hati aku akan menjelaskan rasanya.
Setiap hari detak jantungmu terasa menjadi lebih cepat sehingga membuat dadamu terasa sakit. Alih-alih bercerita dan menjelaskannya kepada orang lain, kamu merasa lebih baik menelannya sendiri. Segala kekecewaan yang menyeruak berubah menjadi rasa amarah sehingga kamu ingin membuang segalanya. Ya, saat itulah aku membuangnya.
Tapi aku bangga pada aku yang ada pada hari ini. Maksudnya bangga dan menyesal. Bangga masih berdiri sendiri dan menyesal telah membuang buku itu. Apa begitu perlu aku akan buku itu?
Ya aku perlu. Tahukan kamu, bahwa tulisan adalah bukti bahwa kamu peduli akan dirimu di masa depan dan aku membutuhkannya. Aku lupa lagi bagaimana aku menjadi seorang yang bijaksana, aku lupa lagi aku yang selalu bilang ‘ya, sudahlah ikhlaskan saja’.
Dulu aku percaya bahwa waktu akan menyembuhkan semuanya dan aku harus membuang semuanya agar aku lupa. Meski rasa sakit sudah hilang, tapi rasa untuk berhati-hati tetap terus ada. Berhati-hati agar tidak mengulangi rasa sakit itu lagi.
Terima kasih untuk diriku yang telah menyesal, akibat rasa sesal ini mungkin besok aku menjadi lebih bijaksana lagi.