Cinta yang Kedaluwarsa

iccasn
3 min readMay 16, 2022

--

Masih dalam permasalahan tentang cinta.

by iccasn

Hidup sebuah keluarga, sepasang suami istri dan dua orang anak. Semuanya tampak baik-baik saja. Bapak dari anak-anak pergi setiap hari merawat ladang. Sang Ibu pun bekerja dirumah sambil merawat kedua anaknya. Sesekali mereka bepergian bersama, entah itu ke rumah tetangga maupun ke pasar raya. Tentu masalah kecil selalu ada, tetangga pun tahu dan selalu terselesaikan entah bagaimana. Begitu terus sampai berbelas-belas tahun.

Hingga suatu hari mereka berpamitan untuk berpindah rumah. Entah kemana, namun yang pasti dekat rumah ibu ibunya anak-anak. Cerita selesai.

Tetangga hanya tahu bahwa mereka menjalani hidup baru, rumah baru, lingkungan baru, kebahagiaan baru, menjadi keluarga perkotaan pada umumnya. Sesekali mereka pulang ke daerah lamanya, mengadakan syukuran sekaligus menjenguk ibu dari bapaknya anak-anak. Tetangga menyambut dengan bahagia, malah ketumpahan rezeki dari mereka.

“Wah orang kota datang”, ucap tetangga.

Cerita ini berubah ketika sebuah musibah tiba. Tidak mau menceritakan lebih banyak, intinya bapaknya anak-anak terbaring sakit dan membutuhkan perawatan. Tetangga rumah dulu yang ikut prihatin pun bergegas ke kota, dengan niat sekedar menjenguk dan mendoakan kesembuhan. Tetapi sesampainya disana, ternyata kehidupan mereka penuh amarah. Bapaknya anak-anak harus menanggung kesakitan, entah itu sakit badannya, juga sakit hati dari ucapan istrinya. Ironis bukan?

Tetangga yang ternyata dijamu dengan umpatan, kembali ke rumah dengan penyesalan. Ibu dari bapaknya anak-anakpun angkat bicara, ‘saya juga’, ucapnya. Kesakit hatian ibu dan saudara dari bapaknya anak-anak, memutuskan untuk membawa bapaknya anak-anak pulang.

“Pulanglah dan lekas menikah lagi”, ucap istrinya.

(Disclaimer : ini bukan kisah perselingkuhan)

Tetangga-tetangga menyambut dengan suka cita, tentu dengan rasa prihatin. Semua duka akhirnya terungkap. Bapaknya anak-anak angkat bicara. Tidak ada satupun kisah yang baik untuk diingat, semuanya merupakan kisah luka.

“Sudahlah, sekarang kesembuhan kau yang terpenting, nanti dia akan malu dengan ucapan dia sendiri, anak-anak yang mesti kau ingat”, ucap tetangga.

Ya, ternyata semenjak kepindahan, keluarga mereka dibumbui dengan api. Tidak usah ditulis, semoga kalian mengerti. Kehidupan sosial, kepuasan diri, lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya adalah intinya.

Hari beranjak minggu, minggu telah beranjak bulan. Bapaknya anak-anak beranjak pulih seiring berjalannya waktu. Sayangnya, Ibu dari Bapaknya anak-anak tutup usia. Bagai jatuh tertimpa tangga, kesembuhan berubah menjadi kesedihan. Bapaknya anak-anak memberanikan diri menjemput anak sulungnya untuk pulang mendoakan neneknya, yang tentu dijemput dari rumah Ibunya. Tidak ada sepatah pun ucap bela sungkawa.

“Lihatlah anaknya telah dirundung kesedihan, terpisah jauh dari seorang bapak, berada diantara kehancuran keluarga”, ucap tetangga.

Tidak ingin berada dalam kesenjangan dua keluarga, berbekal rasa sakit, bapaknya anak-anak pada akhirnya meminta kejelasan. ‘Entah bagaimana akhirnya, terserah dia’, ucap bapaknya anak-anak pada tetangga.

Tibalah suatu malam yang panjang dihiasi dengan adu pertanyaan.

Siapa yang mencintai terlebih dahulu?

Bukankankah anak adalah bukti bahwa kita saling mencintai?

Sejak awal pun kau sudah tahu keadaanku seperti apa bukan?

Kau yang mengajaku menikah!

Anak-anaknya hanya menangis. Bagaimana tidak, lihatlah sekarang keluarga mereka. Mungkin dalam hati mereka sekarang adalah ‘siapa yang akan aku pilih nanti?’.

Sampai akhir pun mereka berdebat tentang siapa yang lebih dahulu mencintai, sampai akhir pun mereka beradu cerita siapa yang baling banyak menerima, sampai akhir pun mereka merebutkan siapa posisi utama yang paling banyak berkorban.

Jadi apa sebenarnya apa artinya mencintai? Bukankan itu hanya perasaan sementara yang menstimulasi otak untuk melakukan keberanian tanpa memperhitungkan konsekuensi? Iya, keberanian untuk melangkah pada jenjang serius. Sekarang lihatlah apa yang sudah terjadi? Lalu tahukah apa yang paling menarik?

Ya, sejak itu pula bapaknya anak-anak bilang ‘akhirnya aku bebas sekarang’. Entah perasaan apa yang membuat dia merasa bebas. Apakah sebelumnya dia berada dalam belenggu? Bukankah sebelumnya dia berada dalam pernikahan yang bahagia dengan dianugerahi dua anak?

Tetapi semua bisa kumengerti. Profesor of Bio and Brain Engineering KAIST Jeong Jae Seung pernah memaparkan dalam variety show Master in the House bahwa memang benar “cinta memiliki tanggal kedaluwarsa”. Dimana tanggal kedaluwarsa ya tergantung orangnya dan tergantung sejauh mana usaha orang tersebut. Jika ada waktu tontonlah video ini.

Menarik bukan? Jadi apa intinya dari kisah ini? Semoga kita dan orang-orang disekitar kita tidak ceroboh untuk mencintai agar tidak saling melukai. Bukankah berani mencintai juga harus berani belajar apa itu cinta? Ingat, adrenalin, dopamin kemudian oksitosin. Cinta itu tidak selamanya indah dek.

Lalu bagaimana sekarang jika kita ingin bahagia mencintai selamanya?

Tanyakan saja pada tokoh utama drama korea.

--

--

iccasn
iccasn

Written by iccasn

Halo, i'm ISTJ. Happy read, i hope my writting can help and u enjoy reading it. U can know me more: Instagram~ @iccasn. Thanks!

No responses yet